Kelas Sesak, Fasilitas Miris, dan Biaya Perpisahan Tak Masuk Akal Wali Murid Sekolah Yayasan Hikmatul Salridho Akhirnya Bersuara

Redaksi
By -
1



Deli Serdang, Faktainews.com
| Suara kegelisahan akhirnya keluar dari mulut salah satu wali murid Sekolah Yayasan Hikmatul Salridho yang berlokasi di Jalan Muspika Gang Cemara 3, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Ia mengungkap berbagai persoalan mendalam yang dirasakan oleh anaknya, sekaligus mencerminkan keresahan kolektif para orang tua murid.



Mulai dari ruang kelas yang terlalu padat, fasilitas belajar yang jauh dari layak, hingga pungutan biaya perpisahan yang dianggap tidak wajar, semuanya disampaikan dengan nada kecewa dan harap yang menggantung.



“Sejak kelas satu, anak saya duduk satu bangku bertiga. Kelas dua juga sama. Padahal waktu itu masih ada pembagian dua kelas, A dan B. Sekarang naik ke kelas tiga malah digabung jadi satu kelas besar,” tuturnya kepada awak media, Selasa (22/7/2025).



Penggabungan dua rombongan belajar menjadi satu disebut membuat suasana belajar menjadi tak kondusif. Saat ini, satu ruangan diisi lebih dari 40 siswa dengan dua wali kelas yang berbagi tugas mengajar.



“Bayangkan, satu bangku diisi tiga anak. Ruangannya sempit, panas, dan terlalu ramai. Anak-anak jadi susah fokus untuk belajar. Ini bukan tempat belajar yang ideal, ” ucapnya dengan nada prihatin.



Keluhan tak berhenti di soal kapasitas kelas. Ia juga menyoroti kondisi fasilitas yang memprihatinkan.



“Kipas angin kecil, anginnya pun hampir tak terasa. Ruang jadi pengap, anak-anak cepat lelah. Tangga ke lantai atas juga menurut saya kurang aman untuk anak-anak kecil,” lanjutnya.



Ia pun mengkritisi kebijakan jam masuk sekolah yang terlalu pagi.



“Anak-anak harus sudah sampai jam setengah tujuh. Bayangkan yang rumahnya jauh, harus bangun subuh-subuh, buru-buru tiap pagi. Ini terlalu memaksa, padahal mereka masih kecil,” tambahnya.



Puncak kekecewaan disampaikan saat ia menyinggung soal pelaksanaan acara perpisahan saat anaknya masih duduk di tingkat TK. Ia menyebut dana sebesar Rp650 ribu dipotong langsung dari tabungan siswa tanpa banyak musyawarah, namun kegiatan yang diberikan jauh dari harapan. 



“Enggak ada jalan-jalan, enggak ada kegiatan istimewa. Cuma makan-makan di kelas. Bahkan kue pun disuruh bawa sendiri dari rumah, dan itu pun dari anak-anak yang tidak ikut perpisahan. Yang kami terima cuma nasi bungkus, selesai,” ungkapnya geram.



Menurutnya, uang sebesar itu semestinya bisa dikelola untuk memberikan pengalaman yang lebih berkesan bagi anak-anak.



“Itu uang dari tabungan anak-anak. Tapi acaranya seperti dipaksakan. Sisa uang baru dikembalikan, tapi kami sebagai orang tua merasa tak diberi pilihan, ” tambahnya.



Ia berharap pihak sekolah maupun instansi pendidikan terkait di Kabupaten Deli Serdang tidak menutup mata terhadap kondisi ini. Dirinya meminta agar perbaikan nyata segera dilakukan demi kenyamanan dan keselamatan anak-anak. 



“Kami para orang tua hanya ingin anak kami belajar dengan nyaman dan aman. Kalau memang ruang kelas tak cukup, jangan dipaksakan menggabungkan dua kelas. Tambah ruang kelas, benahi fasilitas, dan tolong jangan bebankan biaya perpisahan yang tak masuk akal. Enggak semua orang tua mampu, ” pungkasnya dengan nada harap.



(Team

Posting Komentar

1Komentar

  1. Wah ini parah nihh....
    Coba lah pak wartawan langsung ke lokasi sekolahnya, cek langsung. Ini bisa jadi pencemaran nama baik.
    Padahal sekolahnya gratis, di utamakan mengajarkan taffiz qur'an dan adab anak2. Kalo mau nuntut ke pemerintah aja pak wartwan, kenapa dana bos nya lama cair. dn klo bisa tmbahain dana bos itu biar sekolah bisa efektif bayar gaji guru dan pembangunan.
    Kalo org tuanya gk puas, suruh masukan anaknya ke sekoalh elite. Full ac biar gak sempit desak2an, atau anaknya aja yg lasak kali susah di atur 😅😅😅😅

    BalasHapus
Posting Komentar